Buah tak kan jatuh jauh dari pohonnya. Sebuah ungkapan yang seringkali kita dengar. Bermakna bahwa anak tidak akan jauh berbeda dari orang tuanya.
Baik dalam bentuk fisik seperti wajah, tinggi ataupun non fisik seperti sifat dan intelegensia.
Malam ini aku merasakan itu. Bahwa ternyata anakku mewarisi sifat kerasku kalau sdh punya keinginan.
Ceritanya kemarinnya si Rizal mendapat majalah dari sekolah. Majalah terbitan sekolahnya. Rupanya Rizal begitu 'exiting' dengan majalah ini. Sampai2 sore aku di sms mengenai hal ini. Ah tumben Rizal sms. Biasanya dia jarang atau boleh dikatakan tdk pernah bercerita. Apalagi sms hanya soal dapat majalah.
Hari itu aku kebetulan pulang malam krn ada kerjaan kantor. Sampai rumah sudah hampir jam 10. Aku lihat Rizal ketiduran di sofa depan tv. Aku bangunkan dia. Dengan agak kaget diapun bangun dan beranjak mau ke kamar. Namum sebelumnya waktu melihat diriku dia sempat berkomentar "Ibuk kok lama banget sih". Aku jawab "Iya mas maaf. Ibuk lagi ada kerjaan di kantor". Setelah itu dia beranjak ke kamar. Belum juga membuka pintu kamar Rizal sdh balik lagi sambil bilang "Buk sini buk".
"Apa sih nak.. Ngomong aja apa gitu". Tp ya sdh aku ikuti aja.
"Aku td dpt majalah ini"
"Wah bagus ya"
Lalu dia membuka salah satu halamannya dan menunjukkan kepadaku. Sebuah resep cara membuat pizza.
"Wah bagus" kataku
"Besok kita buat ini ya"
"Iya mas. Tp ini bahan2nya blm ada. Besok kita beli dulu di Sby.. Tuh lihat ada paprika, keju mozarella, di sini gak ada mas. Hrs ke Sby"
"Ya..ya.."
Itulah percakapan kami sebelum Rizal tidur.
Besoknya mulai pagi aku sdh "munyer" krn harus ngantar Pip anakku yg kecil ke sekolah krn ada open school dan lomba2. Setelah sholat dhuhur kami berangkat ke Sby. Rizal les robot, belanja2 keperluan sampai sebelum pulang belanja kebutuhan bahan pizza nya Rizal.
Sampai di rumah sdh maghrib. Tentu saja dengan badan yg capek.
Baru selesai mandi dan sholat maghrib si Rizal gelisah. Jalan sana jalan sini. Buka lemari. Akhirnya Si Rizal ngomong. "Buk ayo kita bikin pizza. Hah? Aku sama bapaknya terbengong.
"Jal.. Besok aja.. Sekarang lho sdh malam nak.."
"Malam juga gpp buk"
"Loyangnya gak ada lho nak.. Besok cari dulu". Aku msh cari2 alasan. Kebetulan loyang pizzanya dibawa bapaknya ke kantor dan blm dibawa balik.
"Gpp buk, pakai piring aja"
"Kalau pakai piring ya pecah nak"
"Lho gpp". Hehe si Rizal msh ngotot.
Aduh bikin alasan apa lagi ya? Berpikir keras nih.
Memang bahan2 sdh lengkap sih. Tp msh capek ini lho.
Ah Rizal.. Lama2 aku tersenyum juga. Ah Rizal.. Kamu ini persis aku. Kalau sdh punya keinginan ya seperti itu. Aku bayangkan kalau aku yg kepingin bikin pizza. Mungkin biar malam dan capek juga jalan.
Soal keras kemauan ini suamiku sdh hapal. Aku kalau sdh mau A biar hujan jg berangkat aja. Gak perlu nunggu hujannya reda. Gak nunggu besok.
Kalau anak2ku timbul keras kemauannya, seringkali suamiku ngeledek. "Lha niru siapa" hehe. Gara2 hal seperti ini jdnya ikut repot juga.
Ah memang buah tdk jatuh jauh dari pohonnya. Anak2ku cerminan diriku. Cerminan suamiku. Dari merekalah kita bisa mawas diri dan bercermin.
Dengan geleng2 kepala dan tersenyum geli akhirnya aku menyerah juga.
"Ya sudah ayo bikin pizza. Ibuk cari loyangnya yg bisa buat oven ya"
"Iya.. Ayo kita bikin" kata Rizal dengan semangat 45 sambil tersenyum lebar.
Singkat cerita jadilah malam itu kita Rizal membuat pizza. Heboh banget. Sampe timbangannya rusak. Tp ya sudahlah. Yg penting dia belajar.
Dengan adonan yg belepotan ke sana sini (habis mulai Rizal sampai Pip ikut2an nguleni hehe).. Finally jadi juga tuh pizza. Hasilnya? Not bad lah.. Biar bentuknya aneh tp rasanya lumayan dan habis juga dimakan :D
Ah Rizal.. Rizal.. Buah memang tdk jatuh jauh dari pohonnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar