Kamis, Februari 21, 2008

Manajemen Risiko


Saya sedikit mau sharing tentang ilmu baru yaitu Manajemen Risiko. Ilmu ini terhitung baru saja populer khususnya di Indonesia. Di beberapa perusahaan sudah diwajibkan menerapkan hal ini.
Sebetulnya sih secara 'alami' kita sudah menerapkan hal ini dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saat kita mau bepergian, mau lewat jalan A sudah kita hitung risikonya misalnya macetnya, lamanya, medannya seperti apa dll. Demikian juga kalau lewat jalan B, C dan D. Akhirnya kita memutuskan mengambil jalan yang mana yang risikonya kecil.
Keuntungan dari Manajemen Risiko ini adalah kita sudah memperhitungkan sejak awal risiko-risiko yang akan timbul dari suatu tindakan yang akan kita ambil. Dengan memetakan risiko kita lebih siap apabila risiko yang sudah dipetakan terjadi, bukannya kaget terus bingung apa yang mesti dilakukan.
Contoh sederhananya saat kita akan pergi dari Surabaya ke kota Malang melewati Porong. Kebetulan ada demo warga korban Lapindo. Nah jalan mana yang akan ditempuh? Kalau lewat jalan utama artinya harus ketemu pendemo. Apa risikonya? Mungkin macet. Seberapa parah? Bisa merayap tapi lancar, bisa juga nggak bisa bergerak sama sekali.
Kalau lewat jalan alternatif gimana? Yang jelas lebih jauh, berarti bahan bakar butuh lebih banyak. Ada kemungkinan macet juga karena semua kendaraan ambil jalur itu. Ada kemungkinan kesasar juga karena belum tahu jalan.
Nah akhirnya kita pertimbangkan apa jadi apa nggak ya ke Malangnya.. Kalau memang bisa ditunda atau tidak penting ya gak jadi aja. Kalau penting dan harus, nah.. kudu menyiapkan segala sesuatunya misal bahan bakarnya cukup (termasuk duit nya ya :)), kalau mengajak anak-anak perbekalannya harus lengkap, soalnya di jalannya makan waktu lama, mungkin perlu bawa bantal dll, tanya-tanya orang yang tahu jalur di sana, dengerin info dari radio dan masih banyak lagi. Jangan sampai misalnya kita sudah ambil jalan alternatif, eh ternyata macet juga dan kita belum siap antisipasi bagaimana.
Yah kira-kira ilmunya seperti itu secara sederhana. Kalau teorinya begini, pertama kita petakan risiko-risiko yang akan timbul sehubungan dengan tindakan yang akan kita lakukan. Kalau Anda menerapkan ilmu ini di bisnis akan sangat bermanfaat. Misal jika kita mau buka toko pakaian di suatu tempat, dianalisa risikonya, misal di tempat itu banyak pesaing, harga yang kita patok sama atau lebih mahal dari sekitarnya, daerahnya kurang aman dll. Dari risiko itu dibuat analisa kemungkinan terjadinya seberapa sering lalu kita beri angka. Misal sering sekali (5), sering (4), menengah (3), jarang (2), jarang sekali / tidak mungkin terjadi (1). Lalu kita petakan dampak yang akan terjadi apabila risiko itu timbul dan kita beri angka. Ekstrim (+/- 4), Tinggi (+/- 3), Sedang (+/- 2), Rendah (+/- 1). Oh iya risiko itu dampaknya bisa diberi nilai positif atau negatif. Negatif apabila dampaknya sesuatu yang merusak atau merugikan, sedangkan positif apabila itu berupa 'opportunity loss' atau kehilangan kesempatan.
Bagaimana memberi nilainya?? Itu tergantung risk appetite atau sensitifitas Anda masing-masing. Beri saja nilai sesuai justifikasi Anda.
Kemudian kita lakukan level dari risiko dengan mengalikan kemungkinan dan dampak yang akan ditimbulkan. Dari angka yang diperoleh kita bisa membuat prioritas. Dengan melakukan prioritasisasi ini membuat kita lebih fokus untuk menyelesaikan yang lebih urgent terlebih dahulu. Jangan sampai tenaga & pikiran kita terkuras ke banyak hal, padahal hal tersebut bisa ditunda dan sebetulnya tidak prioritas untuk dikerjakan atau ditindaklanjuti.
Tentukan juga strategi yang akan diambil dalam menghadapi risiko tersebut. Ada 4 opsi yaitu accept (menerima saja risiko tersebut), avoid (diabaikan saja), mitigate (mengurangi kemungkinan terjadi atau mengurangi dampaknya apabila terjadi), transfer (mentransfer risiko ke pihak lain).
Setelah itu siapa yang akan menindaklanjuti dan kapan. Ini perlu supaya apa yang sudah dipetakan tadi tidak hanya jadi peta di kertas :).
Harus ada action dan target waktu! Nah selesai deh.. Tinggal mewujudkan apa yang sudah jadi komitmen di kertas tadi agar sesuai dengan target waktu dan action plan yang sudah ditentukan.
Apakah ini akan jadi dokumen yang statis?? Tentu saja tidak. Perlu periodik review karena setiap waktu sesuai dengan langkah yang diambil maka peta risikonya tentu saja sudah berubah.. Selamat memetakan risiko :)

1 komentar:

Surya mengatakan...

Terima kasih Bu, artikelnya bagus