Jumat, Maret 07, 2008

Catatan Perjalanan Jakarta - Lewati Jembatan Penyeberangan Slipi

Sedikit catatan perjalananku di Jakarta. Saat ini karena ada proyek besar di Perusahaanku seringkali memaksaku untuk meninggalkan keluarga dan selama beberapa hari ke Jakarta. Seperti beberapa hari lalu. Hari Selasa sampai Kamis aku harus berdinas di Jakarta. Seperti biasanya aku menginap di Hotel Menara Peninsula. Beberapa alasan mengapa aku senang menginap di sini. Pertama memang ini langganan teman-teman. Kedua menurutku hotel ini adalah hotel yang price performancenya bagus. Artinya yang dibayar dan yang didapat oke banget :). Ketiga alasan yang lainnya yaitu dekat dengan mal walaupun kecil. Biasalah kalau kita jauh dari rumah pasti perlu tempat untuk 'jujukan' kalau mau beli barang-barang kebutuhan kecil. Juga cari makan! Nah hotel ini terletak di depan Slipi Jaya Plaza, sebuah mal kecil yang menurutku cukuplah kalau mau buat sekedar cari kebutuhan kecil-kecil, cari makan, beli oleh-oleh sederhana buat anak-anak dan bahkan juga bisa nonton :)
Seperti juga hari itu, hari Selasa malam Rabu. Seperti biasa aku menyeberang jembatan penyeberangan di depan hotel untuk sekedar mencari makan malam di Slipi Jaya Plaza. Tidak seperti biasanya kebetulan my husband juga sedang dinas di Jakarta jadi sekalian aja nginep di Peninsula. My husband sudah menunggu di Slipi Jaya Plaza karena seperjalanan, sedang saya dari hotel mau ke sana.
Jembatan di depan Menara Peninsula ini bisa dibilang unik menurutku. Di sini banyak orang berjualan mulai dari jual cd bajakan, pernik-pernik sebangsa sandal, lighter, sisir, tas kecil, sampai mobil-mobilan ada.
Selama aku lewat sana rasanya pembeli nggak banyak-banyak amat, tapi kalau mereka bisa survive berjualan artinya keuntungan itu pasti ada untuk menyambung hidup mereka :). Jualannya pun berganti-ganti. Hari ini jual topi, lain kali yang dijual sandal.. Begitulah.. jembatan kecil itu jadi 'pasar kecil' yang menghidupi beberapa orang yang mencoba mengais rezeki di sana. Buat aku sendiri bukannya terganggu dengan aksi mereka, karena mereka juga menjual dengan sopan dan tidak memaksa-maksa pembeli. Bahkan kadangkala jualan mereka menarik untuk dibeli, seperti pernah aku beli mobil-mobilan yang bisa jalan pakai baterai dan pintunya buka sendiri. Unik menurutku. Aku beli di sana seharga 10 ribu. Adikku beli di Surabaya 15ribu. Itupun sudah menawar.
Kadangkala aku juga 'meninjau' jualan mereka sekedar pengen tahu. Dan yang pasti karena mereka berjualan di situ, aku jadi merasa lebih aman berjalan di sana. Maklumlah kadang kalau tidak ada teman, terpaksa deh aku lewat jalan itu sendirian malam-malam.
Malam itu saat lewat jembatan, seperti biasanya, ada beberapa ibu-ibu sambil menggendong anaknya yang masih bayi duduk mengemis di sana. Biasanya sekitar 3 orang ibu. Kasihan sekali bayi-bayi mereka, malam-malam harus mencari uang.. Di saat seharusnya mereka mendapatkan kehangatan mereka harus berdingin-dingin, bahkan kadang kehujanan. Seringkali terbersit di hati ini, apakah iya mereka ibunya?? Ataukah cuma bayi pinjaman untuk obyek mengemis mereka?? Apakah ibunya setega itu bayi yang masih perlu kehangatan harus menghirup udara malam yang dingin, bahkan kehujanan. Ah kasihan sekali. Bahkan ada yang pernah cerita kadangkala bayi untuk mengemis itu adalah bayi yang dijual orang tuanya atau bahkan bayi yang diculik. Astaughfirullahaladzim.. Membayangkan saja membuat miris. Kasihan sekali bayi-bayi itu. Ingin sekali rasanya aku memberi uang bayi-bayi itu, tapi bukan ibunya!! Tapi gimana mungkin ya??
Ah malam itu saat melihat mereka pikiranku melayang ke anak-anak yang kutinggal di rumah. Ah setidaknya bayi-bayi itu masih beruntung karena bisa bersama ibunya (itu kalau mereka benar ibunya lho :). Anak-anakku di rumah sendirian tidak ditemani ibunya. Kadang sama pembantu saja, atau sama Eyangnya. Kalau sama Eyangnya masih mending karena bisa diajak jalan-jalan. Ah, dari sisi itu mereka mungkin lebih beruntung malam ini.
Satu lagi yang unik yang aku amati di jembatan itu, yaitu seorang laki-laki, yang yah.. mungkin umurnya baru sekitar 50 tahunan lah. Laki-laki dengan penampilan kumal. Orang ini selalu membersihkan sampah di jembatan itu dengan memakai sapu lidi buntut. Menyapunyapun sambil duduk dan merangkak. Aku tidak tahu apakah memang dia lumpuh atau memang sengaja dia begitu. Laki-laki ini menerima belas kasihan dari orang yang lewat. Yah sebetulnya dia ini adalah pengemis, tapi dia tidak sekedar mengemis. Dia bersihkan jembatan itu dari sampah. Cukup lumayan juga untuk jembatan sepanjang itu, dan tentu saja orang yang membuang sampah sembarangan cukup banyak.
Saya lebih sering memberi orang ini uang daripada pengemis tadi. Kerjanya itu yang aku hargai. Bagiku kerja kerasnya patut dipuji. Bahkan dengan begini menurutku dia tidak layak disebut pengemis!
Pernah suatu saat selama beberapa lama bapak ini tidak beroperasi. Alhasil jembatannya jadi kotor berat dan kumuh.
Karena itu setiap lewat jembatan di depan Slipi Jaya itu selalu aku mengamati bapak tua ini..

1 komentar:

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.